PRESEDEN MUSEUM × REFERENSI
Dibuka : December 2002
Luas Area : 3,000 m²
Penghargaan : Best New Tourism Venue in 2003 in the National Tourism Awards.
Sebuah museum maritim multi-level dalam tujuan dibangun tempat di tepi pantai Fremantle, dirancang oleh Cox Howlett Bailey Woodland Arsitek, Maritime Museum WA meneliti warisan pelayaran Australia Barat dan perdagangan maritim kontemporer dan budaya. Galeri individu fokus pada sejarah Hindia Samudera perdagangan dan eksplorasi, perdagangan kontemporer, pertahanan, perikanan, ekonomi, rekreasi, Swan River dan keragaman budaya, menyoroti koleksi Museum asli perahu.Terletak di pinggir pantai Samudra Hindia, Western Australian Maritime Museum adalah simbol dari masa lalu, sekarang dan masa depan Fremantle sebagai kota pantai dan pelabuhan.
Western Australian Maritime Museum adalah sebuah bangunan yang benar-benar unik dan sangat kompleks, dan dibangun oleh Brookfield Multiplex sebagai landmark internasional , menampilkan warisan maritim yang kaya di Australia Barat.
Desain bangunan sangat dipengaruhi oleh bentuk maritim. Struktur tidak hanya menunjukkan bentuk melengkung dari lambung, sandwich panel aluminium komposit diletakkan di strip atas struktur kayu dalam banyak cara yang sama seperti perahu tradisional dibangun. Besar portal kayu dilaminasi mendukung cladding dan meluas ke lebih dari 34 meter tingginya . Bangunan ini memberikan rasa naik-turun dari laut dengan ujung duduk di atas air.
Ini desain yang unik dan kompleks, ditambah dengan kendala peninggalan sejarah yang cukup besar, diperlukan metode konstruksi sama unik dan kompleks, perencanaan rinci dan klien dekat, konsultan dan hubungan subkontraktor.
Lingkungan di sekitar site Museum ini sangat sensitive, posisi tepi laut merupakan dermaga tua Swan (daerah yang telah terkontaminasi) dan Forrest Landing, sebuah peninggalan warisan dari Sungai Swan yang menimbulkan pertimbangan hati-hati. Akses sangat terbatas dengan bangunan memimpin dermaga tua dan pelabuhan.Forrest Landing merupakan bagian dari pondasi, sedangkan pondasi baru dibangun di 2,4 meter di bawah permukaan laut. Sebuah tanggul besar ditempatkan di sekitar Museum untuk menahan pelabuhan dan menyediakan akses.
Desain awal kolom direvisi oleh Brookfield Multiplex dari sitecast menjadi precast, sehingga cukup mudah dan menghemat waktu. Pemilihan material inventif dan akses yang sulit untuk meletakkannya di tempat yang berhasil. Panel lengkung sandwich aluminium, agar sesuai dengan kurva Portal glulam di sebelah utara dan seng sistem cladding proprietary ke selatan, adalah aplikasi terbesar dan paling kompleks cladding ini di Australia.
Leisure Gallery melibatkan penggunaan portal glulaminated besar melengkung disematkan di dasar dan atas, di sembilan derajat dan tinggi 34 meter. Pembangunan langit-langit lapis dan eternit melengkung dalam galeri utama yang diperlukan kompleks. Pada bagian atap, mendukung membran lapis yang unik, dibangun menggunakan delapan kilometer sambungan, 45.000 sekrup dan 4.000 meter sistem tahan air mulus.
Bentuk yang mencolok dari Maritime Museum Fremantle berhasil menyampaikan maksud simbolis dari masa Fremantle, sekarang dan masa depan sebagai kota pantai dan pelabuhan.
Akses untuk menuju Western Australian Maritime Museum ini dapat melalui berbagai angkutan, yaitu:
1. Dengan kereta api
Western Australian Maritime Museum tidak jauh dari Stasiun Fremantle
3. Dengan Bis
Western Australian Maritime Museum dilayani oleh Fremantle Free Cat Service, di halte 24 jam.
3. Dengan Mobil
Ruang parkir tersedia di luar Western Australian Maritime Museum di Victoria Quay.
4. Dengan Kapal Ferry
Captain Cook Cruises menawarkan berbagai layanan feri dari Perth yang berhenti di dekatnya di B-Shed terminal feri.
Museum Site Map
Keterangan:
1. Museum Shop
2. Museum Cafe
3. Temporary Exhibition Gallery
4. Indian Ocean
5. Tin Canoe to Australia II
6. Swan River
7. Hooked on Fishing
8. HMAS Ovens
9. Robert Steele Steam Machinery Exhibition
10. Lecture Theatre
11. Cargoes
12. Fremantle
13. Naval Defence
14. Venue Hire
Interior Western Australian Maritime Museum:
Indian Ocean
Orang-orang yang berbatasan dengan Samudera Hindia telah dikaitkan dengan perdagangan dan pertukaran ide selama ribuan tahun.
Galeri ini menelusuri jalur ini wisatawan maritim, memberikan pengunjung kesempatan untuk mengeksplorasi akar komunitas multikultural modern kita. Pengalaman pemandangan dan suara dari abad ke-15 pasar Timur Tengah, dan melihat Sama Biasa (Boat Fishing Indonesia).
Tin Canoe to Australia II
Galeri ini merayakan kisah Australia Barat dengan air.
Pameran menampilkan perahu, lama dan baru, yang menampilkan petualangan orang menantang alam dan diri mereka sendiri karena mereka "mengambil dunia" di atas air.
Galeri fitur Parry Endeavour, kapal pesiar yang membawa pasangan yachtsman Jon Sanders * tiga kali di seluruh dunia dan Australia II, kapal pesiar balap dengan keel bersayap yang memenangkan Piala Amerika dari Amerika Serikat pada tahun 1983.
Kisah Fremantle Harbour diceritakan dengan latar belakang kegiatan pengiriman selalu berubah modern di pelabuhan, terletak tepat di luar museum.
Jelajahi gang yang membeli ribuan imigran darat, belajar tentang sejarah pelabuhan, dan kisah CY O'Connor.
Jelajahi gang yang membeli ribuan imigran darat, belajar tentang sejarah pelabuhan, dan kisah CY O'Connor.
Naval Defence
Cerita keberanian, perang, perdamaian, pengorbanan, senjata dan pertahanan angkatan laut yang dipamerkan di galeri ini. Pameran ini mengeksplorasi peran pertahanan angkatan laut dalam melindungi kepentingan Australia, peran pasca perang Angkatan Laut Australia, dan kepentingan strategis dari Fremantle.
Pameran ini dibeli hidup dengan WW1 Tenix AE2 kapal selam menipu tower dan Sleeping Beauty replika.
Western Australian Maritime Museum Photo Gallery
Oleh:
Meidina Hafida
Cerita keberanian, perang, perdamaian, pengorbanan, senjata dan pertahanan angkatan laut yang dipamerkan di galeri ini. Pameran ini mengeksplorasi peran pertahanan angkatan laut dalam melindungi kepentingan Australia, peran pasca perang Angkatan Laut Australia, dan kepentingan strategis dari Fremantle.
Pameran ini dibeli hidup dengan WW1 Tenix AE2 kapal selam menipu tower dan Sleeping Beauty replika.
Western Australian Maritime Museum Photo Gallery
Cargoes |
HMAs ovens |
Hooke on Fishing |
Robert Steele Steam Machinery Exhibition |
Swan River |
Oleh:
Meidina Hafida
Sumber:
REFERENSI × SEJARAH
Kapal Sriwijaya
Berlainan dengan pembuatan kapalnya, Sriwijaya akhirnya memakai rantai besi di pelabuhannya. Ini kemukakan oleh pengelana Cina lain yang bernama Chau Ju-kua pada 1225 seperti termuat dalam tulisan F. Hirth dan W.W. Rockhill pada 1967.
Gabriel Ferrand, ahli sejarah Prancis pada 1922 menyatakan bahwa nenek moyang orang Malagasi adalah orang dari Sriwijaya yang menguasai ilmu pelayaran untuk mampu berlayar sampai di Madagaskar dan lain-lain. Selanjutnya, Pierre-Yves Manguin, arkeolog maritim dari EFEO (Lembaga penelitian Prancis untuk Timur Jauh) memperkirakan kapal Sriwijaya, militer maupun dagang mampu membawa muatan 450-650 ton. Malahan, pada perkembangan selanjutnya, dengan panjang kapal 60 meter, kapal mampu membawa muatan sampai 1.000 ton.
Seperti dikatakan di atas, kehebatan Kerajaan Sriwijaya tidaklah berdiri dengan tiba-tiba. Menurut Denys Lombard, penopangnya adalah masyarakat yang beragam masa itu. Selain penduduk asli Sriwijaya, mereka adalah para nelayan, pelaut, pengangkut, pedagang, para petualang, bahkan para perompak lanun waktu itu. Pengalaman serta pengetahuan mereka disatukan dan terbentuklah teknologi membuat kapal yang prima waktu itu. Hal ini pulalah, yang menurutnya ”... merentangkan jaringan-jaringan tua yang yang menjadi tumpuan kesatuan Indonesia dewasa ini” selain bahasa Indonesia yang saat ini menjadi lingua franca di negara kepulauan terbesar di dunia ini.
Kapal Samudraraksa / Kapal Cadik Borobudur
Kapal ini melambangkan kejayaan bahari Kerajaan Sriwijaya yang dibuat berdasarkan relief di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Replika ini dibuat untuk menelusuri kembali Jalur Kayumanis (The Cinnamon)
Pada tahun 1982, seorang mantan Angkatan Laut Inggris bernama Phillipe Beale berkunjung ke Candi Borobudur dan terpesona dengan salah satu relief kapal yang terpahat di dinding candi. Keindahan relief kapal tersebut membuatnya tertarik untuk menciptakan kapal serupa guna melakukan ekspedisi dengan jalur yang ditempuh oleh para pelaut jaman dulu. Rekonstruksi kapal pun dilakukan. As'ad Abdullah yang bertempat tinggal di Pulau Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ditunjuk menjadi pembuat perahu. Dengan menerapkan teknologi tradisional, kapal berukuran panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25 meter ini berhasil tercipta. Tidak hanya sederhana dalam teknologi pembuatan, materi yang digunakan untuk membuat kapal pun semuanya berasal dari bahan sederhana. Badan kapal terbuat dari kayu ulin, cadik dari bambu, layar dari karung beras, dan tali kapal dari serat nanas serta ijuk. Kapal ini kemudian diberi nama Kapal Samudraraksa yang berarti pelindung lautan.
Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal yang sangat canggih. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan tahun sebelum abad ke-13. Memasuki abad ke-8 awal, Kapal Borobudur digeser oleh Kapal Jung Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata ‘Jung’ digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibnu Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.
Kapal Perang: Lanchara
Tidak banyak info tentang kapal ini namun kapal ini termasuk dalam sejarah kemaritiman Kerajaan Sriwijaya sebagai kapal perangnya. Kapal ini mampu mengangkut hingga 300 ton. Setelah Sriwijaya mundur, kapal ini berada di Sunda Kelapa sebagai kapal pengangkut komoditas dagang di Sunda Kelapa.
Sumber:
http://noelcatatanseorangjomblo.blogspot.com/2013/01/kapal-jung-teknologi-kapal-raksasa-dari-jawa.html
http://gumaynianpo.blogspot.com/2011_03_01_archive.html
http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-2240.html
http://tua-tradisionil.blogspot.com/2011/11/kapal-sriwijaya.html
http://www.lenteratimur.com/jejak-bahari-dalam-replika-kapal/
http://borobudur.yogyes.com/id/see-and-do/museum/kapal-samudraraksa/
Berlainan dengan pembuatan kapalnya, Sriwijaya akhirnya memakai rantai besi di pelabuhannya. Ini kemukakan oleh pengelana Cina lain yang bernama Chau Ju-kua pada 1225 seperti termuat dalam tulisan F. Hirth dan W.W. Rockhill pada 1967.
Gabriel Ferrand, ahli sejarah Prancis pada 1922 menyatakan bahwa nenek moyang orang Malagasi adalah orang dari Sriwijaya yang menguasai ilmu pelayaran untuk mampu berlayar sampai di Madagaskar dan lain-lain. Selanjutnya, Pierre-Yves Manguin, arkeolog maritim dari EFEO (Lembaga penelitian Prancis untuk Timur Jauh) memperkirakan kapal Sriwijaya, militer maupun dagang mampu membawa muatan 450-650 ton. Malahan, pada perkembangan selanjutnya, dengan panjang kapal 60 meter, kapal mampu membawa muatan sampai 1.000 ton.
Seperti dikatakan di atas, kehebatan Kerajaan Sriwijaya tidaklah berdiri dengan tiba-tiba. Menurut Denys Lombard, penopangnya adalah masyarakat yang beragam masa itu. Selain penduduk asli Sriwijaya, mereka adalah para nelayan, pelaut, pengangkut, pedagang, para petualang, bahkan para perompak lanun waktu itu. Pengalaman serta pengetahuan mereka disatukan dan terbentuklah teknologi membuat kapal yang prima waktu itu. Hal ini pulalah, yang menurutnya ”... merentangkan jaringan-jaringan tua yang yang menjadi tumpuan kesatuan Indonesia dewasa ini” selain bahasa Indonesia yang saat ini menjadi lingua franca di negara kepulauan terbesar di dunia ini.
Kapal Samudraraksa / Kapal Cadik Borobudur
Replika Kapal di Museum Bahari Jakarta |
Kapal ini melambangkan kejayaan bahari Kerajaan Sriwijaya yang dibuat berdasarkan relief di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Replika ini dibuat untuk menelusuri kembali Jalur Kayumanis (The Cinnamon)
Relief Kapal di Candi Borobudur |
Ekspedisi menapaki kembali perjalanan penjelajahan bahari abad ke-8 melalui jalur kayu manis atau The Cinnamon Route pun dimulai. Kapal tanpa mesin yang dilengkapi dengan 2 layar tanjak, 2 kemudi, dan cadik ganda ini mengarungi samudra dengan rute Jakarta - Madagaskar - Cape town - Ghana. Setelah berbulan-bulan berlayar di lautan lepas dan hampir tenggelam saat berada di perairan Somalia, Kapal Samudraraksa berhasil merapat di Pelabuhan Tema, Accra, Ghana pada 23 Februari 2004. Kemudian kapal tersebut dibawa kembali ke Indonesia dan ditempatkan di Museum Kapal Samudraraksa, Borobubur.
Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal yang sangat canggih. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan tahun sebelum abad ke-13. Memasuki abad ke-8 awal, Kapal Borobudur digeser oleh Kapal Jung Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata ‘Jung’ digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibnu Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.
Kapal Perang: Lanchara
Tidak banyak info tentang kapal ini namun kapal ini termasuk dalam sejarah kemaritiman Kerajaan Sriwijaya sebagai kapal perangnya. Kapal ini mampu mengangkut hingga 300 ton. Setelah Sriwijaya mundur, kapal ini berada di Sunda Kelapa sebagai kapal pengangkut komoditas dagang di Sunda Kelapa.
Sumber:
http://noelcatatanseorangjomblo.blogspot.com/2013/01/kapal-jung-teknologi-kapal-raksasa-dari-jawa.html
http://gumaynianpo.blogspot.com/2011_03_01_archive.html
http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-2240.html
http://tua-tradisionil.blogspot.com/2011/11/kapal-sriwijaya.html
http://www.lenteratimur.com/jejak-bahari-dalam-replika-kapal/
http://borobudur.yogyes.com/id/see-and-do/museum/kapal-samudraraksa/
REFERENSI × SEMARANG
Letak Astronomis :
Kabupaten Semarang di Propinsi Jawa Tengah berada pada 110°14 ‘ 54,75” sampai dengan 110° 39‘ 3” Bujur Timur dan 7° 3’57” – 7° 30’ Lintang Selatan
Batas Wilayah :
Utara : Kota Semarang dan Kabupaten Demak
Selatan : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang
Timur : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan
Barat : Temanggung dan Kabupaten Kendal
Letak Geografis Kota Semarang :
6°, 5' - 7°, 10' Lintang Selatan dan 110°, 35' Bujur Timur
Luas Wilayah :
37,366,838 Hektar atau 373,7 km2
Penduduk
Penduduk di kota Semarang umumnya adalah suku Jawa.
Mereka menggunakan bahasa jawa untuk bertutur kata sehari-hari. Mereka menganut agama islam, dan Semarang memiliki komunitas tionghoa yang besar. Komunitas tersebut sudah berbaur dengan penduduk wilayah setempat dan menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi satu sama lain.
Adat Istiadat Semarang
Salah satu tradisi adat dari Semarang adalah perayaan tradisi Dudgeran. Dari tradisi tersebut, kita dapat melihat percampuran seluruh budaya yang ada di Semarang. Perpaduan budaya tersebut dapat dilihat pada “warak endog” (boneka binatang raksasa yang merupakan mitologis yang digambarkan sebagai symbol akulturasi budaya di Semarang). Kata warak berasal dari bahasa arab “wara’I” yang artinya suci. Sedangkan endog (telur) merupakan symbol pahala yang diterima manusia setelah menjalani proses suci.
Kesenian Kota Semarang
1. Tari Semarangan.
Tarian ini memiliki tiga jenis gerakan dasar, yaitu “ngondek”, “ngeyek”, dan “genjot”.
2. Tari Topeng.
Para penari mengenakan topeng, namun topeng tersebut tidak dipakai di wajah, melainkan membuat sebuah komposisi gerakan yang memainkan dua topeng tersebut. Tari Topeng lebih menonjolkan pada busana maupun properti yang dipakai oleh penarinya.
3. Gambang Semarang
Selain terdiri dari unsur musik, vokal, dan juga lawak/lelucon, Gambang Semarang juga dipadu dengan tarian tradisional. Seni tari Gambang Semarang memiliki gerakan yang berpusat pada pinggul penarinya.
Julukan Kota Semarang
Venice van Java: kota semarang banyak dilalui oleh sungai-sungai, seperti di Venice (Italia) sehingga Belanda menyebut semarang dengan julukan tersebut.
Kota Lumpia: disebut seperti itu karena semarang terkenal dengan makanan khasnya, yaitu lumpia. Lumpia terbuat dari akulturasi budaya Jawa dan Cina.
Kota Atlas: maksud kota atlas adalah aman, tertib, lancer, asri dan sehat.
Pariwisata
1.Wisata Alam
Pulau Tirangcawang, di kelurahan Tugu
Pulau Tirang, di kelurahan Tambak Harjo
Pulau Marina, di kelurahan Tawangsari
Pantai Maron, di kelurahan Tambak Harjo
2. Wisata Sejarah
Museum MURI, di kelurahan Tegalsari
Museum Jamu Nyonya Meneer, di kelurahan Muktiharjo
Museum Jawa Tengah, di kelurahan Gisikdrono
Lawang Sewu, di kelurahan Pindrikan Kidul
3. Wisata Religi
Masjid Agung Jawa Tengah, di kelurahan Sambirejo
Gereja Blenduk, di kecamatan Semarabg Utara
Candi Tugu, di kelurahan Tugorejo
Klenteng Sampoo Kong, di daerah Simongan
Makanan Khas Semarang
1. Bandeng presto
2. Lumpia
3. Wingko Babat
Tempat Bersejarah
1. KAUMAN/ KAMPUNG KAUMAN
Bangunan yang masih kokoh berdiri adalah Masjid Agung Semarang Kauman. Sebagai pusat peradaban Islam, maka Kauman sangat berperan penting dalam perkembangan Kota Semarang seperti saat ini. Dalam berbagai literasi sejarah jawa, Kauman sering disemayamkan pada kota-kota lama yang bernafaskan Islam. Kauman merupakan ciri khas kebudayaan Jawa yang lebih dekat dengan agama Islam. Ciri khas utama Kauman adalah adanya Masjid Wali sebagai tempat ibadah, bundaran Alun-alun sebagai saran sosial masyarakat dan pemerintah, pusat pemerintahan (komponen pengatur regulasi yang diterjemahkan kedalam peraturan) dan pasar tradisional sebagai pusat bisnis dan kebutuhan sehari-hari.
Sejarah menulis bahwa kawasan Kauman Semarang muncul ketika kerajaan Demak Bintoro (bintara) berdiri yang merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kauman berasal dari kata kaum sing aman (kaum = qoum = tempat tinggal orang Islam). Jadi Kauman bisa bermakna tempat tinggal masyarakat Islam yang aman.
Ketika kerajaan Demak Bintoro sudah berdiri kokoh, maka untuk mempersatukan Demak dengan wilayah sekitarnya perlunya birokrasi pemerintahan yang bisa mengaturnya, salah satu tokoh yang memegang peran penting adalah Ki Ageng Pandan Arang I . Ki Ageng Pandan Arang merupakan putra dari Panembahan Sabrang Lor (Sultan Kedua dari Kesultanan Demak), pada awal babat alas diwilayah Semarang sebenarnya wilayah yang dituju disekitar Pragota (sekarang bernama Bergota). Namun kemudian zaman berkembang, maka Ki Ageng Pandan Arang kemudian juga menyebarkan Islam dan wilayahnya hingga Pedamaran (sekarang jalan Pedamaran yang berada di wilayah Semarang Tengah dan masih ada Pasar Pedamaran – berkembang lagi menjadi pasar Yaik dan Johar). Perkembangan tidak hanya sampai pusat ekonomi, namun juga pusat religi dengan membangun Masjid yang berada disebelah barat kali mberok yang sekarang bernama Masjid Agung Kauman Semarang.
Setelah Ki Ageng Pandan Arang I wafat, maka posisi pemerintah diserahkan pada anaknya yang bermana Pangeran Mangkubumi (atau disebut juga Ki Ageng Pandanaran II – Sunan Bayat). Pada tahun 1695, kawasan kota lama Semarang dihuni oleh beragam etnis yang bertujuan untuk melakukan perdagangan dan ekspansi wilayah. Ekspansi wilayah dilakukan oleh orang-orang Eropa (Belanda) yang ikut berkembang di Kawasan Kota Lama. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda membangun kawasan elit dan perkantoran yang berjajar dari bundaran Bubakan hingga Bundaran Tugu Muda. Kemudian ada istilah yang membagi wilayah menjadi dua yaitu gedongan bagi kawasan elit Hindia Belanda dan Perkampungan bagi warga pribumi. Nah, kawasan perkampungan ini sekarang dikenal sebagai kampung pecinan, melayu dan kauman (Kalau bisa di katakan sebenarnya inilah kawasan kota lama sesunguhnya).
2. PECINAN
Pecinan merupakan sebutan bagi masyarakat tionghua dan keturunannya yang hidup berkelompok menjadi satu wilayah. Pada awalnya orang Tionghua bertempat di Kota Lama, sebenarnya mereka hidup dan bertempat tinggal di Little Netherland yang berada di Kawasan Kota Lama. Namun pada tahun 1695 pemerintah Hindia Belanda secara tidak langsung membatasi akses masyarakat Tionghua hingga akhirnya berpindah di sekitar kawasan kampung Melayu. Namun karena nilai ekonomis dan budaya, orang-orang tionghua lebih banyak berkembang di sekitar selatan Kauman. Perkembangan masyarakat tionghua semakin banyak dan kemudian mendirikan kawasan dan rumah-rumah sendiri yang dibuat dengan atap genting dan pagar-pagar tinggi. Rumah-rumah masyarakat tionghua pertama kali berada di sekitar Pecinan Lor dan Wetan. Karena membutuhkan biaya tinggi dan berbagai syarat yang tidak mudah dalam mendirikan rumah, maka ketika itu hanya orang-orang tionghua yang kaya saja yang bisa membangun rumah.
Kondisi jalan yang tidak terlalu lebar seperti sekarang, membuat masyarakat Tionghua menciptakan sebuah moda transportasi dengan memakai tenaga kuda yang disebut dengan Be Too. Masyarakat Tionghua lebih banyak melakukan aktivitas perdangangan yang berasal dari Cina (Tiongkok) seperti perhiasan, sutra, keramik dan lain sebagainya. Hingga sekarang, perdagangan tersebut masih banyak bergerak di kawasan pecinan. Misalnya kawasan perhiasan dan kain yang berada di Jalan Wahid Hasyim. Poin yang menjadi titik kebangkitan orang Tionghua di Semarang adalah ketika Pemerintah Hindia Belanda mulai mendekati orang-orang Tionghua yang sukses. Salah satunya dengan mengangkat orang Tionghua menjadi pejabat di kantor-kantor pemerintah Hindia Belanda. Kwee Kiau Loo adalah orang Tionghua pertama yang menjadi pejabat Hindia Belanda.
Pada masa itu, banyak orang Tionghua yang menjadi kepala kapal (syahbandar) karena memang, perdagangan ekspor dan impor dilakukan dengan jalur laut pelabuhan Semarang. Sehingga ada istilah yang mengatakan ada banyak bandar di kawasan pecinan, sampai sekarang penamaan bandar bisa di temukan di sekitar kawasan pecinan yang bernama Jalan Subandaran. Selain berperan dalam pendapatan dari cukai dan pajak, orang Tionghua juga berperan dalam mendirikan beberapa pabrik-pabrik kecil yang bisa menjadi tempat mata pencaharian penduduk lain.
3. KAMPUNG EROPA (LITTLE NETHERLAND)
Kampung Eropa atau Little Netherland merupakan sebutan untuk wilayah yang dihuni oleh orang-orang Belanda. Kawasan yang lebih umum disebut dengan Kota Lama Semarang ini mulai berkembang pada tahun 1741. Pada awal mula, kawasan eropa ini hanya berupa gedung perkantoran, gudang, namun kemudian berkembang menjadi pusat budaya dan perdagangan dengan banyaknya bermunculan hotel, perumahan elit dan beberapa bangunan lain. Ciri mendasar dari sebuah kampung Eropa adalah desain gedung dengan arsitektur model art deco. Bangunan yang masih terawat seperti Bangunan Lawang Sewu yang merupakan bekas perkantoran bagi perusahaan Kereta Api Hindia Belanda atau NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij). Orang Belanda yang bermukim di Semarang tidaklah sebanyak orang Tionghua, namun mereka menguasa segala akses pemerintahan dan perdagangan sehingga lebih mudah melakukan pertukaran budaya.
Kawasan perumahan kaum elit dibuat sedemikian rupa (kawasan gereja blenduk), membuat akses jalan darat seperti jalan Deandels dan Jalur kereta api yang menghubungkan antara Semarang – Surakarta – Jogjakarta dan Ambarawa. Peranan penting yang bisa telihat adalah adanya transportasi perkeretaapian yang bagus yang merupakan cikal-bakal seluruh jalur kereta api di Indonesia. Karena memang, Trans Kereta Api Semarang - Tanggung (Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah) yang dibuat pada tahun 1867 merupakan jalur kereta api yang pertama di Indonesia. Selain membangun sarana transportasi, orang Belanda juga membuat akses semakin mudah dari kota ke kota di jawa tengah dimulai dari Semarang, walaupun banyak masyarakat pribumi yang menjadi tidak nyaman karena adanya tanam paksa dan rodi.
Dua bangunan yang sekarang menjadi icon Semarang merupakan peninggalan orang eropa dimasanya yaitu Lawang Sewu dan Gerejo Blenduk. Sementara Stasiun dan Polder tawang merupakan sarana yang dibuat untuk mempermudah akses perdagangan.
4. KAMPUNG MELAYU
Merupakan perkampungan yang dihuni oleh etnis keturunan Arab dan sebagian dari orang Tionghua. Keberagaman ini kemudian yang menjadikan penaman dari Melayu. Saat ini kampung melayu bisa di lihat di sekitar jalan Layur, dimana dijalan tersebut berdiri masjid lama yang disebut dengan Masjid Menara. Karena memang terdapat menara yang berfungsi sebagai tempat adzan. Namun saat ini keberadaan orang-orang Arab dan Tionghua di jalan layur dapat dikatakan hampir tidak ada. Hal utama yang menyebabkan karena adanya aliran air sungai (rob) yang tidak lancar. Sehingga mudah terjadi banjir rob, menjadikan jalanan menjadi kotor sehingga nampak kumuh. Persoalan inilah yang hingga saat ini menjadi masalah utama Pemerintah Kota Semarang yang belum ada titik terang kapan bisa terselesaikan.
Sebagai gambaran sederhana dari kampung melayu adalah keberagaman budaya yang nampak dari bangunan rumah. Bangunan rumah yang disesuaikan dengan kekhasan etnis seperti ornamen kaligrafi bagi masyarakat arab. Sisa bangunan yang bisa dilihat dari kampung melayu di Semarang adalah Masjid Menara dan Klenteng yang saat ini ada di kawasan Pecinan.
Sumber
http://semarangdansekitarnya.blogspot.com/p/letak-geografis.html
http://coretanpetualang.wordpress.com/2011/09/23/lebih-dekat-dengan-semarang-catatan-sejarah-kebudayaan-semarang-tempo-dulu/
http://nadyaaoctaa.blogspot.com/2012/11/kebudayaan-suku-jawa-dan-kebudayaan.html
REFERENSI × SEJARAH
Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya) adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan“, maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7 seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.
Sriwijaya adalah Sejarah Maritim yang Terlupakan
Sejarah mencatat bahwa kejayaan bahari bangsa Indonesia sudah lahir sebelum kemerdekaan, hal ini dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah maupun sejarah. Peneuman situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain yang tentunya menggunakan kapal-kapal yang laik layar. Kerajaan Sriwijaya (683 M – 1030 M) memiliki armada laut yang kuat, menguasai jalur perdagangan laut dan memungut cukai atas penggunaan laut. Pengaruhnya meliputi Asia Tenggara yang mana hal ini dikuatkan oleh catatan sejarah bahwa terdapat hubungan yang erat dengan Kerajaan Campa yang terletak di antara Camboja dan Laos.
Dari uraian tentang Sriwijaya, dapat diambil beberapa variabel penting sebagai kapasitas positif yang menjadi strategi Sriwijaya memandang wilayah maritimnya sebagai modal untuk bernegara, antara lain :
-Sriwijaya memproklamirkan diri sebagai negeri Bahari.
-Perdagangan Bahari Gaya Sriwijaya
-Show of force armada perang Sriwijaya mengarungi lautan.
-Penguasaan wilayah maritim yang memiliki fungsi strategis.
-Meletakkan benteng di wilayah maritime sebagi pengawas.
-Memerintahkan seorang Dapunta menjadi kepala daerah taklukan.
-Sriwijaya memberikan kutukan dan kebahagiaan.
-Menjalin diplomasi dengan negeri lainnya.
Budaya
Prasasti Talang Tuo |
bala tentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Prasasti Telaga Batu |
Prasasti Kota Kapur |
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Sela Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Penyebaran Penduduk Kemaharajaan Bahari
Upaya Sriwijaya untuk menjamin dominasi perdagangan bahari di Asia Tenggara berjalan seiring dengan perluasan Sriwijaya sebagai sebuah kemaharajaan bahari atau thalasokrasi. Dengan menaklukkan bandar pelabuhan negara jiran yang berpotensi sebagai pesaingnya, Sriwijaya secara otomatis juga melebarkan pengaruh dan wilayah kekuasaannya di kawasan. Sebagai kemaharajaan bahari, pengaruh Sriwijaya jarang masuk hingga jauh di wilayah pedalaman. Sriwijaya kebanyakan menerapkan kedaulatannya di kawasan pesisir pantai dan kawasan sungai besar yang dapat dijangkau armada perahu angkatan lautnya di wilayah Nusantara, dengan pengecualian pulau Madagaskar. Diduga penduduk yang berasal dari Sriwijaya telah mengkoloni dan membangun populasi di pulau Madagaskar yang terletak 3300 mil atau 8000 kilometer di sebelah Barat di seberang Samudra Hindia.
Masa Keemasan Sriwijaya
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.
Warisan Sejarah
Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan keberadaanya sempat terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.
Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca) yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara. Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.
Peninggalan Bersejarah
1. Candi Muaro Jambi
Muaro Jambi ( Indonesia : Candi Muaro Jambi ) adalah Buddha candi kompleks, di Jambi provinsi, Sumatera , Indonesia . Kompleks candi ini dibangun oleh Kerajaan Melayu . Hal ini terletak 26 kilometer timur dari kota Jambi . Candi yang masih hidup dan peninggalan arkeologis lainnya diperkirakan tanggal dari kesebelas abad ketiga belas Masehi. Situs arkeologi mencakup delapan tempat suci candi digali dan mencakup sekitar 12 kilometer persegi, membentang 7,5 kilometer di sepanjang Sungai Batang Hari , banyak yang belum unexcavated. Ini adalah salah satu yang terbesar dan terbaik diawetkan kompleks candi kuno di Timur Selatan asia
Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat. Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertasemas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmenbesi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak.
2. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatera, merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini. Komplek candi ini dikelilingi oleh dinding 74 m x 74 m, di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalamnya terdapat Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka, serta gundukan yang diyakini menjadi tempat untuk kremasi.
Candi Muara Takus merupakan candi tertua yang pernah ditemukan di Pulau Sumatera dan peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang besar dan disegani pada masanya. Candi ini pun digunakan oleh Sriwijaya untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Buddha. Letaknya yang strategis, di dekat Sungai Kampar, menjadikan tempat persinggahan yang strategis bagi para pelancong dan masyarakat sekitar pada masa silam untuk mempelajari agama Buddha. Arsitektur stupa dan bangunannya pun mirip dengan candi-candi di Myanmar. Anda bisa berjalan mengelilingi candi ini dan juga berfoto. Tempatnya sangat asri, bersih dan nyaman untuk dikunjungi.
Candi ini dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Berbeda dengan candi yang ada di Jawa, yang dibuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat Candi Muara Takus, khususnya tanah liat, diambil dari sebuah desa yang bernama Pongkai, terletak kurang lebih 6 km di sebelah hilir situs Candi Muara Takus. Nama Pongkai kemungkinan berasal dari Bahasa Cina, Pong berati lubang dan Kai berarti tanah, sehingga dapat bermaksud lubang tanah, yang diakibatkan oleh penggalian dalam pembuatan Candi Muara Takus tersebut.
Candi Muara Takus adalah bukti penyebaran agama Buddha di Pulau Sumatera, Riau khususnya. Hingga kini, candi ini digunakan oleh umat Buddha untuk beribadah dan perayaan hari-hari besar, seperti Waisak.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://lembagakeris.net/2013/06/menggali-kerajaan-sriwijaya-membangkitkan-kejayaan-indonesia-berbasis-maritim-serial-negeri-bahari-part-1/
http://indomaritimeinstitute.org/?p=138
http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Muara_Takus